Sejarah Singkat Telkom
Untuk memahami status hukum Telkom, mari kita lihat sejarah singkat perusahaan ini. Telkom didirikan pada tahun 1965 sebagai Perusahaan Negara Telekomunikasi (PNT). Pada awalnya, Telkom adalah bagian dari Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) yang berada di bawah pemerintahan Presiden Soekarno. Tujuan pendirian Telkom adalah untuk mengelola layanan telekomunikasi di Indonesia.
Pada tahun 1974, Telkom mengalami perubahan status menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel). Pada masa ini, Telkom mulai beroperasi secara lebih mandiri sebagai entitas hukum yang terpisah dari pemerintah. Meskipun demikian, Telkom masih dianggap sebagai bagian dari sektor telekomunikasi yang dikelola oleh negara.
Puncak perubahan status terjadi pada tahun 1991, ketika Telkom menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Pada tahun ini, Telkom mulai menjalankan bisnisnya dengan status perseroan terbatas, yang mengharuskannya untuk beroperasi secara lebih independen dan berorientasi pada profit. Meskipun begitu, Telkom masih dianggap sebagai BUMN karena pemerintah masih memegang saham mayoritas dalam perusahaan ini.
Selain sebagai perusahaan utama, Telkom juga memiliki beberapa anak usaha yang bergerak di berbagai bidang TIK dan telekomunikasi. Beberapa anak usaha Telkom yang terkenal antara lain adalah:
“Semakin sering latihan soal akan semakin terbiasa, semakin cepat, semakin teliti dan semakin tepat mengerjakan soal-soal Rekrutmen BUMN 2024 ” 🌟
Kunci sukses Tes Rekrutmen BUMN adalah membiasakan diri mengerjakan ribuan tipe soal Tes Rekrutmen BUMN seperti anak bayi yang belajar berjalan terasa berat diawal dan akan terbiasa bila terus dilatih hingga bisa berlari kencang.
📋 Cara Membeli dengan Mudah:
Program Premium Bimbel jadiBUMN 2024
Alasan Pembuatan Aplikasi Grab
Aplikasi Grab bisa muncul karena satu alasan sederhana. Penciptanya yang bernama Anthony Tan sering mendapat keluhan dari beberapa temannya di Malaysia tentang layanan taksi yang sangat buruk.
Sebagian besar taksi sering sekali salah mengantar pelanggan ke tujuannya. Ada yang menggunakan jarak lebih panjang atau mematok tarif secara sembarangan sehingga penumpang harus mengeluarkan uang lebih banyak.
Hal ini tentu memusingkan. Apalagi saat melakukan perjalanan, seseorang membawa uang pas-pasan. Selain itu taksi juga menjadi alat transportasi yang ditakuti banyak orang.
Melihat keluhan yang sering dikeluarkan oleh temannya ini, Anthony Tan akhirnya memutuskan untuk mengembangkan aplikasi sebagai tugas akhir dari studinya di Harvard Business School.
Dia ingin mengembangkan aplikasi dengan basis ride-sharing seperti milik Garrett Champ. Tidak disangka ide yang sederhana ini mampu membuatnya menjadi juara kedua pada Business Plan Contest yang di diadakan oleh Harvard Business School.
Dari pencapaiannya itu, Anthony Tan akhirnya bekerjasama dengan temannya yang bernama Tan Hooi Ling. Dia membuat aplikasi dengan nama Myteksi yang dirilis di Malaysia pada tahun 2012.
Aplikasi ini dikenal juga dengan nama Grab Taxi di beberapa negara kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Singapura, Thailand, dan Filipina.
Saat memulai bisnis aplikasi ini Tan dan Liong, mengeluarkan dana kurang lebih sekitar Rp360 juta. Dari modal ini mereka bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat apalagi di beberapa negara aplikasi Grab sangat sukses.
Apa yang didapatkan oleh Tan dan Liong sebenarnya tidak berjalan dengan mulus atau lancar begitu saja. Saat melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan taksi, mereka sering sekali mendapatkan penolakan. Barulah pada penawaran kelima perusahaan taksi mereka diterima dengan baik.
Pada tahun 2013 akhirnya GrabTaxi bisa di rilis di beberapa negara Asia Tenggara seperti Filipina, Singapura, dan Thailand. Setahun setelahnya pada 2014 aplikasi ini dirilis juga ke Indonesia dan Vietnam.
Tidak berat beberapa lama bisnis ini mengalami diversifikasi sehingga Grab juga mendukung pemesanan kendaraan roda dua atau ojek. Layanan antar juga didukung dengan baik. Ini Grab juga bisa dipakai untuk membeli makanan atau produk tertentu.
Perkembangan aplikasi grab terus berlanjut selain melakukan penambahan layanan. Khusus di Indonesia aplikasi ini juga mengeluarkan Grabpay. Namun setelah beberapa tahun layanan ini berubah menjadi OVO.
Dengan masuknya layanan finansial teknologi, perkembangan dari aplikasi grab semakin tidak bisa dibendung. Saat ini aplikasi ini sudah berkembang menjadi mendukung gaya hidup milenial masa kini.
Apalagi penggunanya di Indonesia sudah lebih dari 1 juta orang. Grab menjadi salah satu aplikasi yang tidak bisa dilepaskan khususnya mereka yang memiliki mobilitas tinggi dan sering memesan makanan.
Aplikasi ini juga sering menjalin kerja sama dengan banyak merchant untuk menghadirkan promosi menarik. Selain itu Grab juga kerap memberikan diskon khusus untuk layanan transportasi sampai kurir makanan.
Setelah membaca ulasan di atas kita bisa membuat kesimpulan jika aplikasi Grab merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Apalagi saat ini aplikasi Grab sudah menyebar ke beberapa negara yang memiliki jumlah penduduk cukup besar termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri ada beberapa aplikasi penyedia layanan online seperti Grab. Namun aplikasi ini memiliki pengguna loyal sendiri sehingga para driver dan pemilik bisnis yang bekerjasama tetap bisa menjalankan usahanya dengan maksimal.
Apa saja jenis layanan dari aplikasi Grab yang pernah Anda gunakan?
Apakah Telkom BUMN atau Bukan?
Ya, Telkom adalah BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Status ini membuat Telkom menjadi salah satu perusahaan yang memiliki peran strategis dalam mendukung pemerintah dalam memajukan sektor TIK dan telekomunikasi di Tanah Air.
Telkom BUMN atau Bukan: Status Hukum Telkom
Kembali ke pertanyaan awal, apakah Telkom adalah perusahaan milik negara atau tidak? Jawabannya adalah, Telkom adalah perusahaan milik negara, atau lebih tepatnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Meskipun Telkom telah bertransformasi dari Perusahaan Negara Telekomunikasi (PNT) menjadi Perseroan Terbatas (Tbk), pemerintah masih memiliki saham mayoritas dalam perusahaan ini.
Saham Telkom yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia dikelola oleh Kementerian BUMN. Pemerintah memiliki kendali penuh terhadap kebijakan strategis dan arah pengembangan Telkom. Selain itu, presiden direktur Telkom juga merupakan pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah.
Kehadiran pemerintah dalam kepemilikan dan pengelolaan Telkom bertujuan untuk menjaga kepentingan nasional di sektor TIK dan telekomunikasi. Telkom memiliki peran strategis dalam mendukung konektivitas dan infrastruktur komunikasi di Indonesia, dan oleh karena itu, pemerintah ingin memastikan bahwa perusahaan ini beroperasi sesuai dengan visi dan misi nasional.
Pentingnya Status BUMN
Kehadiran Telkom sebagai BUMN memiliki beberapa implikasi penting dalam konteks pembangunan nasional. Berikut adalah beberapa alasan mengapa status BUMN untuk Telkom adalah strategis:
Telkom adalah BUMN yang memiliki peran penting dalam mendukung sektor TIK dan telekomunikasi di Indonesia. Meskipun telah mengalami transformasi dari Perusahaan Negara Telekomunikasi (PNT) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Tbk, Telkom masih dianggap sebagai BUMN karena pemerintah memiliki saham mayoritas dalam perusahaan ini.
Status BUMN Telkom memiliki manfaat strategis dalam mendukung pembangunan nasional di bidang TIK dan telekomunikasi. Namun, ada juga kritik dan perdebatan seputar keberadaannya, terutama terkait dengan efisiensi, inovasi, dan potensi monopoli.
Pemerintah dan masyarakat perlu terus mengawasi peran dan kinerja Telkom sebagai BUMN untuk memastikan bahwa perusahaan ini dapat memberikan manfaat maksimal bagi negara dan masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan dunia teknologi dan komunikasi yang cepat, peran Telkom sebagai pemain utama dalam sektor ini tetap menjadi hal yang sangat penting.
Grab[6] (sebelumnya dikenal sebagai GrabTaxi) merupakan salah satu platform layanan on demand asal Singapura yang bermarkas di Singapura. Berawal dari layanan transportasi, perusahaan tersebut kini telah mempunyai layanan lain seperti pengantaran makanan dan pembayaran yang bisa diakses lewat aplikasi mobile.
Pada awalnya, Grab didirikan oleh bos Singapura, yang sempat didirikan di Malaysia yang sebelum akhirnya memindahkan kantor pusat mereka ke asal negaranya yaitu Singapura. Saat ini, Grab telah beroperasi di Asia Tenggara (kecuali Laos dan Brunei).[7] Grab merupakan startup "decacorn" (sebutan untuk startup yang memiliki valuasi perusahaan sebesar US$10 miliar) pertama di Asia Tenggara.[8]
Di Indonesia, Grab melayani pemesanan kendaraan seperti ojek (GrabBike)[9], mobil (GrabCar), taksi (GrabTaksi), kurir (GrabExpress), pesan-antar makanan (GrabFood), dan carpooling (GrabHitch Car). Saat ini Grab tersedia di 125 kota di seluruh Indonesia, mulai dari Banda Aceh - Aceh hingga Jayapura - Papua .[10]
Perjalanan Grab menuju status Decacorn (startup dengan valuasi 10 miliar dollar AS atau lebih), dimulai ketika mereka mendapat pendanaan Seri A senilai lebih dari 10 juta dollar AS dari Vertex Venture Holdings, salah satu anak perusahaan Temasek Holdings asal Singapura, pada April 2014.
Memasuki Mei 2014, Grab mengantongi pendanaan Seri B senilai 15 juta dollar AS dari GGV Capital, perusahaan permodalan asal Tiongkok.
Oktober 2014, Grab mengamankan pendanaan Seri C dari Tiger Global, sebuah perusahaan berbasis Amerika Serikat, GGV Capital, dan Venture Vertrex. Totalnya mencapai US$65 juta.
Desember 2014 atau kurang lebih dua bulan berselang, pendanaan Seri D dikucurkan oleh Softbank Corp. Bernilai tak kurang dari US$250 juta, Grab mengklaim ini sebagai investasi terbesar untuk sebuah perusahaan Asia Tenggara yang tercatat secara publik.
Butuh waktu kurang lebih delapan bulan sebelum Grab akhirnya mendapat pendanaan Seri E dari Didi Chuxing dan China Investment Corporation pada Agustus 2015. Nilainya dilaporkan mencapai US$350 juta.
Setahun berselang, tepatnya pada September 2016, Grab dikabarkan sukses mengamankan pendanaan Seri F senilai US$750 juta dari Softbank, Didi, dan Honda.
Agustus 2017, Softbank, dan Didi, plus Toyota, mengucurkan pendanaan Seri G pada Grab. Nilainya disebut-sebut mencapai US$2,5 miliar.[11]
Memasuki Oktober 2018, Grab kembali mendapat pendanaan. Booking Holdings, sebelumnya bernama Priceline, memberikan pendanaan ekstra senilai US$200 juta.
Desember 2018 silam, Grab mengumumkan rencana mereka untuk mengamankan pendanaan Seri H. Target yang dipatok kabarnya tak kurang dari US$6,5 miliar.
Pada 2015, Grab Taxi membuka fasilitas penelitian dan pengembangan di distrik bisnis Singapura. Dengan nilai mencapai US$100 juta, fasilitas ini menjadi rumah bagi 200 data engineer dan scientist.
Beberapa tenaga ahli didatangkan untuk mendukung perkembangan fasilitas ini. Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah Wei Zhu. Mantan engineer Facebook dan kreator Facebook Connect tersebut menjadi bagian dari Grab usai meninggalkan perusahaan besutan Mark Zuckerberg pada Agustus 2015.
Langkah Grab dalam mengembangkan pusat penelitian dan pengembangan ini mengindikasikan bahwa strategi pengembangan perusahaan tak hanya berpusat pada layanan yang sudah ada. Mereka sadar akan pentingnya menelurkan inovasi baru, pengembangan aplikasi, layanan baru, dan manajemen staff.
Memasuki 2016, Grab memutuskan membuka fasilitas pengembangan dan kantor di Seattle, Amerika Serikat. Langkah ini diambil untuk memastikan agar perusahaan tak ketinggalan segala perkembangan terkini di negeri Paman Sam, sekaligus membuka peluang merekrut tenaga ahli dari sana.
Tak sedikit media yang 'curiga' Grab bakal segera meluncurkan di kawasan Amerika Utara. Namun dugaan tersebut langsung dibantah lewat pernyataan resmi perusahaan. Disebutkan bahwa saat ini fokus sedang diarahkan untuk mengakuisisi sebanyak mungkin pengguna di kawasan Asia.
Pada Mei 2019, Grab melakukan uji coba layanan peminjaman skuter elektris GrabWheels di BSD City.[12] Layanan ini kemudian diperluas hingga ke Bandara Soekarno Hatta[13] dan daerah Jakarta Pusat.[14] Meski demikian, Pemda DKI Jakarta melarang skuter elektris beroperasi usai tewasnya pengguna GrabWheels.[15]
Aksi bisnis Grab lainnya yang tak kalah menarik perhatian adalah keputusan mengakuisisi Uber pada 26 Maret 2018. Banyak pihak mengklaim ini sebagai salah satu kesepakatan terbesar di Asia Tenggara.
Sebagai imbas dari pencaplokan tersebut, Uber kini memiliki 27,5 persen saham Grab. Tak hanya itu, CEO mereka, Dara Khosrowshahi, juga bergabung dengan jajaran top management Grab. Beberapa layanan serupa seperti Uber Eats dan Grab Food, disatukan.
yang sedang/pernah/akan beroperasi di Indonesia
Hanya berisi nama-nama ojek daring yang sudah dikenal/notable di Indonesia.
Telkom BUMN atau Bukan – PT Telkom adalah salah satu nama yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Ini adalah perusahaan yang telah lama beroperasi di bidang layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta jaringan telekomunikasi di Indonesia. Apakah Anda tahu bahwa status Telkom adalah BUMN atau Badan Usaha Milik Negara? Pertanyaan ini sering muncul dalam diskusi seputar perusahaan ini. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan apakah Telkom benar-benar milik negara atau tidak.
Mau berlatih Soal-soal Rekrutmen BUMN? Ayoo segera gabung sekarang juga!! GRATISSS
Salah satu kelebihan dari teknologi adalah memudahkan berbagai jenis aktivitas termasuk bepergian. Dahulu kita harus menanti lama kendaraan umum yang akan ditumpangi. Saat ini cukup menggunakan aplikasi grab untuk memesan taksi atau ojek motor.
Perusahaan ini berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan perusahaan ini mendapatkan banyak investor sehingga berubah menjadi Decacorn. Lebih tinggi dari unicorn yang saat ini pun sudah dianggap sangat hebat.